oleh Muammar Ibnu Rifa' Er-ranpoery pada 11 September 2009 jam 3:05
saya sering mendengar anekdot begini dari teman2:
ibu2 jaman dulu beda banget sama ibu2 sekarang...
dulu waktu kita masih kecil, karena pengabdiannya dan rasa hormatnya yang sangat besar kepada suami, ibu selalu menomorsatukan bapak...
ketika masak opor ayam, bagian yang enak2 pasti buat bapak, kita anak2 kebagian sayap atau leher doang...
sekarang, karena kasih sayangnya yang sangat besar kepada anak2, ibu selalu menomorsatukan anak...
ketika masak semur ayam, bagian yang enak2 buat anak, kita bapak2 kebagian sayap atau leher doang...
trus... kapan kita kebagian yang enak ya???
ah, anggaplah itu cuman cerita lucu2an dari bapak2 yang 'jarang dibelai'...
saya hanya ingin menegaskan betapa beratnya tugas dan kewajiban seorang ibu, dia harus bisa melakukan dan mensinergikan kedua peran tersebut diatas dengan seimbang: pengabdian dan rasa hormat kepada suami, dan kasih sayang kepada anak2nya.... tanpa ada yang merasa terkorbankan. ...
waktunya yang cuma 24 jam sehari dihabiskan untuk mengatasi sendiri segala macam urusan:
mulai urusan operasional catering, housekeeping, maintenance, hingga inspeksi...
mulai finance and accounting, procurement, legal, audit, human resources, economic and planning, general services, relation, hingga security...
mulai dari ngurusin drilling dan produksi (tepatnya: reproduksi !), logistic and transportation, power, gas and facilities sampai urusan health and safety....
bahkan seorang presiden direktur atau ceo pun mungkin gak sanggup melakukannya sendirian... apalagi dengan gaji tetap bulanan yang tak terlalu signifikan.. .
pantaslah kalau rasulullah saw begitu memuliakan sosok seorang ibu,
ketika ditanya sahabat: kepada siapa kita harus lebih berbakti? jawabnya: ibumu, ibumu, ibumu, lalu bapakmu...
tentu saja itu tidak berarti bahwa seorang bapak harus 'bermadu tiga' sehingga anak2nya harus berbakti kepada tiga orang ibu yang berbeda...
tetapi menunjukkan betapa seorang ibu harus lebih dimuliakan karena pengorbanan tanpa pamrihnya yang tiada berhingga...
saya jadi teringat ibu saya yang sudah sepuh di kampung sana...
pengabdiannya yang tulus kepada bapak yang juga sudah sama rentanya, tak juga surut barang sehasta...
kasih sayangnya kepada kami anak2nya yang tersebar entah dimana, tak pernah lekang oleh jarak dan masa...
bibirnya tak pernah kering akan doa keselamatan bagi anak2nya... matanya selalu basah oleh rindu dan harapan
dulu waktu kita masih kecil, karena pengabdiannya dan rasa hormatnya yang sangat besar kepada suami, ibu selalu menomorsatukan bapak...
ketika masak opor ayam, bagian yang enak2 pasti buat bapak, kita anak2 kebagian sayap atau leher doang...
sekarang, karena kasih sayangnya yang sangat besar kepada anak2, ibu selalu menomorsatukan anak...
ketika masak semur ayam, bagian yang enak2 buat anak, kita bapak2 kebagian sayap atau leher doang...
trus... kapan kita kebagian yang enak ya???
ah, anggaplah itu cuman cerita lucu2an dari bapak2 yang 'jarang dibelai'...
saya hanya ingin menegaskan betapa beratnya tugas dan kewajiban seorang ibu, dia harus bisa melakukan dan mensinergikan kedua peran tersebut diatas dengan seimbang: pengabdian dan rasa hormat kepada suami, dan kasih sayang kepada anak2nya.... tanpa ada yang merasa terkorbankan. ...
waktunya yang cuma 24 jam sehari dihabiskan untuk mengatasi sendiri segala macam urusan:
mulai urusan operasional catering, housekeeping, maintenance, hingga inspeksi...
mulai finance and accounting, procurement, legal, audit, human resources, economic and planning, general services, relation, hingga security...
mulai dari ngurusin drilling dan produksi (tepatnya: reproduksi !), logistic and transportation, power, gas and facilities sampai urusan health and safety....
bahkan seorang presiden direktur atau ceo pun mungkin gak sanggup melakukannya sendirian... apalagi dengan gaji tetap bulanan yang tak terlalu signifikan.. .
pantaslah kalau rasulullah saw begitu memuliakan sosok seorang ibu,
ketika ditanya sahabat: kepada siapa kita harus lebih berbakti? jawabnya: ibumu, ibumu, ibumu, lalu bapakmu...
tentu saja itu tidak berarti bahwa seorang bapak harus 'bermadu tiga' sehingga anak2nya harus berbakti kepada tiga orang ibu yang berbeda...
tetapi menunjukkan betapa seorang ibu harus lebih dimuliakan karena pengorbanan tanpa pamrihnya yang tiada berhingga...
saya jadi teringat ibu saya yang sudah sepuh di kampung sana...
pengabdiannya yang tulus kepada bapak yang juga sudah sama rentanya, tak juga surut barang sehasta...
kasih sayangnya kepada kami anak2nya yang tersebar entah dimana, tak pernah lekang oleh jarak dan masa...
bibirnya tak pernah kering akan doa keselamatan bagi anak2nya... matanya selalu basah oleh rindu dan harapan
0 komentar:
Post a Comment
Tulis Komentar, Kritik & Saran ANDA