oleh Muammar Ibnu Rifa' Er-ranpoery pada 30 Agustus 2010 jam 20:46
Para pendiri bangsa ini meletakkan dasar negara Indonesia berasaskan Tauhid (penuturan saksi sejarah kepada penulis). Itu terbukti secara konstitusional. Paling tidak ada 3 dalil kanstitusional yang menguatkan hal itu:
- Bunyi pembukaan UUD 45 Alinia ketiga, "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya".Pernyataan tegas itu menunjukkan bahwa para pendiri negeri ini sadar betul bahwa kemerdekaan ini bukan semata- mata jerih payah mereka, tapi lebih pada karunia dari Allah swt. Ini sekaligus membuktikan bahwa para pendiri negeri ini religius dan taat beragama.
- Bunyi Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang Dasar, "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa". Sebelum rumusan ini disepakati, bunyi ayat itu adalah "Negara berdasarkan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya " . Delapan kata yang terakhir dicoret, karena umat Islam sangat toleran terhadap agama lain, dan untuk menggantikan delapan kata itu, disepakatilah satu kata, yaitu Esa. Kenapa bukan Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Kasih Sayang dst., tapi mengapa dipilih kata Esa. Karena Esa itu berarti Tauhid. Allah swt. berfirman: “Katakanlah, Dialah Allah Yang Esa.” (Al-Ikhlas:1).
- Pasal 31 ayat 3 (hasil amandemen) tentang Pendidikan Nasional Indonesia. Berbunyi, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang".
Suka tidak suka, mayoritas penduduk negeri ini adalah Muslim. Bahkan menjadi penduduk terbesar Islam di dunia. Bayangkan! Jika semua penduduk muslim Timur Tengah dijadikan satu, itu masih lebih banyak jumlah penduduk Muslim di negeri ini. Inilah fakta dan data, kita tidak bisa memungkirinya.
Jadi siapapun kita, dan para pemimpin negeri ini, hendaknya memperlakukan umat Islam secara fair dan bijaksana. Agar negeri ini secara berproses kembali bangkit dan membangun bersama, menjadi negara yang diperhitungkan dipercaturan dunia internasional. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari umat Islam, karena ajaran Islam membawa kasih sayang bagi alam semesta, bagi semua umat manusia tanpa terkecuali “Islam Rahmatan lil’aalamiin”. Bulan suci Ramadhan menjadi bukti bahwa Islam dan umatnya cinta persaudaraan, kepedulian, berbagi, membangun, berprestasi dan memberikan sebesar manfaat bagi siapapun, terutama bagi negeri tercinta ini, biidznillah. Itulah yang semestinya kita bangun bersama di negeri ini, dan itulah yang harus ditunjukkan oleh para pemegang amanah kepemimpinan
di negeri ini. agar kita tidak disebut,“ lupa akar sejarah bangsanya sendiri”. Allahu a’lam (postingan dari milis tetangga: dakwatuna.com)
0 komentar:
Post a Comment
Tulis Komentar, Kritik & Saran ANDA