oleh Muammar Ibnu Rifa' Er-ranpoery pada 15 Januari 2010 jam 15:34
Di sebuah desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.
Sang ibu seringkali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi yang membuat si ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang . Namun begitu, ibu tua selalu berdoa agar anaknya dapat sadar dan bertobat atas perbuatannya.
Anakitu menyadari bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada menancapkan paku ke pagar.
Suatu hari si anak kembali mencuri di sebuah rumah penuduk desa. Namun malang nasib anak itu, dia tertangkap oleh pendudu, lalu ia dibawa ke hadapan pengdilan kerajaan untuk diadili sesuai dengn kebiasan kerajaan.
Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si anak itu tersebut dijatuhi hukuman pancung.
Pengumuman hukuman tersebut disebarkan ke keseluruh desa. Hukuman pancung akan dilaksanakan esok harinya di depan rakyat rakyat desa dan kerajan tepat pada saat lonceng kerajaan berdentang menanakan pukul enam pagi.
Berita hukuman itu akhirnya sampai juga ke telinga ibunya. Ia menangis meratapi anak yang sangat dicintainya, sambil berdoa kepada Allah SWT.
Dengan tertatih –tatih si ibu tersebut mendatangi raja dan memohon agar anaknya dibebaskan, tapi keputusan telah bulat, si anak tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si ibu kembali ke rumah.
Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat dating berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang algojo sudah siap dengan alat pancungnya, dan si anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di mata si anak wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.
Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai pada waktu yang ditentukan, lonceng kerajaan bel;um juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lewat sepuluh menit dari waktunya. Akhirnya didatangilah petugas yang membunyikan lonceng kerajaan. Penjaga yang membunyikan lonceng tersebut juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng, tapi suara dentangnya tidak terdengar.
Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang dipegangnya untuk membunyikan lonceng mengalir lonceng mengalir darah, darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat dimana lonceng diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu.
Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng besar itu ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng.
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementra si nak merauk-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyeali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi dalam lonceng, untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Sungguh cinta ibu kepada anaknya hingga akhir khayatnya
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementra si nak merauk-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyeali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi dalam lonceng, untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Sungguh cinta ibu kepada anaknya hingga akhir khayatnya
0 komentar:
Post a Comment
Tulis Komentar, Kritik & Saran ANDA