oleh Muammar Ibnu Rifa' Er-ranpoery pada 25 Desember 2009 jam 14:30
Terdengar suara tangis disebelah ruanganku, isak tanggis wanita disebelah ruanganku sangat memilukan.
Ku coba tuk melihat apa yang terjadi, aku bangkit dari tempat pembaringanku dan bergegas ke ruangan sebelah sambil membawa botol infus.
Apa yang terjadi...?!
Ternyata penyakit suaminya kumat..., tak sanggup ku melihatnya. Ku hanya bisa melihat dari pintu kaca. Tim medis yang sedari tadi memberikan pertolongan ikut cemas dengan kondisi bapak itu, terlihat dari raut wajah mereka, seperti tidak ada harapan lagi.
Bapak yang sudah memasuki kepala enam itu meregang nyawa, berjibaku dengan maut. Tarikan napasnya begitu berat, terengah-engah. ingin ku menolongnya tuk bisa bernapas dengan normal. Tanpa ku sadari air mataku meleleh dengan sendirinya.
Setelah beberapa menit, kondisinya bisa dikatakan mendekati normal. Tapi tak diyana, yang maha pencipta berkehendak lain. Setelah sempat mengucapkan kalimah tauhid, bapak paruh baya itu menghembuskan napas terakhir, dengan sebuah senyum perpisahan. Malaikat pencabut nyawa telah menyelesaikan tugasnya. Innalillahi wa inna ilaihiraajiun...
Tamat sudah pertualangan sang bapak di dunia, yang akan dipertanggung jawabkan di alam barzah. Suara tangisan Ibu dan anak-anaknya pun pecah, seisi ruangan menangis melepas ruh sang bapak.
Aku hanya bisa berdo'a :
Semaga khusnul khotimah, terampuni semua dosanya serta di berikan tempat yang layak baginya. Amiiin...
Tak bisa di pungkiri, setiap yang bernyawa pasti akan kembali menemui sang penciptanya. Begitu jua dengan diriku, pada suatu masa nanti pasti malaikat Izroil akan datang menghampiriku. tapi tak tahu kapan ia akan datang kehadapanku.
yaa Rabb ampuni segala dosaku...
0 komentar:
Post a Comment
Tulis Komentar, Kritik & Saran ANDA